CIRI-CIRI
LAHAN POTENSIAL DAN LAHAN KRITIS
Pertanian
a. Ciri-ciri Lahan Potensial Untuk Pertanian
1) Tingkat Kesuburan Tinggi
Lahan yang subur adalah lahan dengan tanah yang banyak mengandung mineral untuk kebutuhan hidup tanaman. Hal ini sangat tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Untuk tanaman biji-bijian banyak membutuhkan mineral posfor, untuk tanaman sayuran membutuhkan mineral zat lemas (N2), dan tanaman umbiumbian membutuhkan mineral alkali. Jadi agar lahan dapat berproduksi secara optimal harus disesuaikan, antara jenis mineral yang dikandung lahan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan.
2) Memiliki Sifat Fisis yang Baik
Lahan yang memiliki sifat fisis baik adalah lahan yang daya serap air dan sirkulasi udara di dalam tanahnya cukup baik. Sifat fisis ini ditunjukkan oleh tekstur dan struktur tanahnya. Tekstur tanah adalah sifat fisis tanah yang berkaitan dengan ukuran partikel pembentuk tanah. Partikel utama pembentuk tanah adalah pasir, lanau (debu), dan lempung (tanah liat).
3) Belum Terjadi Erosi
Terjadinya erosi pada suatu lahan akan menyebabkan berubahnya lahan potensial menjadi lahan kritis. Lahan yang telah mengalami erosi, tingkat kesuburannya berkurang, sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Erosi mengakibatkan lahan tanah yang paling atas terkelupas. Sisanya tinggal
tanah yang tandus, bahkan sering merupakan batuan yang keras (padas). Proses erosi yang kuat sering dijumpai di daerah pantai, akibat abrasi (pengikisan oleh gelombang laut) dan di daerah pegunungan dengan lereng terjal serta miskin tumbuhan. Erosi di pegunungan akibat adanya longsor dan soil creep (tanah merayap)
.
b. Ciri-ciri Lahan Kritis Untuk Pertanian
1) Tidak Subur
Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir)
.
2) Miskin Humus
2) Miskin Humus
Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena tanahnya kurang subur. Anda pernah mendengar istilah tanah humus? Tanah Humus adalah tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk. Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer. Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan
yang hutannya rusak.
Lahan kritis adalah
lahan yang tidak produktif atau lahan yang telah mengalami kerusakansecara
fisik, kimia, dan biologis bias juga dikatakan lahan yang tidak mempunyai nilai
ekonomis..Meskipun dikelola, produktivitas lahan kritis sangat rendah. Bahkan,
dapat terjadi jumlah produksiyang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya
pengelolaannya. Lahan ini bersifat tandus, gundul,tidak dapat digunakan untuk
usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah.
Faktor-
Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut:·
-
Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan
hujan.
-
Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai
yang selalu tertutup rawa-rawa.
-
Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di
daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting
adalah gerakan masa tanah menuruni lereng.
-
Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek
kelestarian lingkungan.
-
Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan,
daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah.·
-
Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian
(tak dapat diuraikan oleh bakteri)misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ±
200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggukelestaian kesuburan tanah.·
-
Pembekuan air,biasanya terjadi daerah kutub atau pegunungan
yang sangat tinggi.
Upaya penagggulangan lahan kritis dilaksanakan
sebagai berikut.
1. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi
pertanian, perkebunan, peternakan, dan usahalainnya.
2. Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan
teras-teras pada lereng bukit.
3. Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan
reboisasi lahan hutan.
4. Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan.
5. Perlu adanya usaha ke arah Program kali bersih
(Prokasih).
6. Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan
daerah aliran sungai (DAS).
7. Pengembangan keanekaragaman hayati.
8. Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak
lahan yang mengarah pada terjadinya lahankritis.
9. Menghilangkan
unsure-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnyaplastik. Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang
sangat diharapkan.
10. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu
pupuk kandang atau pupuk hijau secaratepat dan terus-menerus
Persebaran lahan kritis dan
penyebabnya :
a.
Lahan Kritis
di Kawasan Pantai
Kawasan
pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi pengikisan pantai oleh gelombang
laut(abrasi) yang kuat. Abrasi dapat menyebabkan lapisan sedimen (endapan) akan
hancur dan lenyap.Peristiwa ini terjadi pada muara sungai yang pantainya
terbuka dengan gelombang laut yang besar,seperti di daerah muara sungai Progo
(DI. Yogyakarta) dan muara sungai Cimanuk (Jawa Barat). \
b.
Lahan Kritis di Kawasan Dataran Rendah
Lahan
kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya genangan air ata
prosessedimentasi (pengendapan) bahan yang menutupi lapisan tanah yang subur.
Genangan air terjadikarena tanahnya lebih rendah dari daerah sekitarnya,
sehingga waktu hujan lebat terjadi banjir danair menggenang. Lahan kritis di
dataran rendah dapat dijumpai pada daerah sekitar Demak (jawaTengah), Lamongan,
Gresik, Bojonegoro, dan Tuban (Jawa Timur).
c.
Lahan Kritis di Kawasan
Pegunungan/Perbukitan
Udaranya
yang bersih dan sejuk sangat baik untuk kesehatan. Lahan kritis di
kawasanpegunungan terjadi akibat adanya longsor, erosi atau soil creep (tanah
merayap). Lapisan tanah yangpaling atas (top soil) terkelupas, sisanya tanah
yang tandus bahkan sering merupakan batuan padas(keras). Hal ini sering terjadi
di kawasan pegunungan dengan lereng terjal dan miskin tumbuhanpenutup. Lahan
kritis di kawasan pegunungan banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya
Kesimpulan
- Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir dan kekeringan/ kebakaran di masing–masing daerah berdasarkan analisis data perubahan penutupan lahan dan iklim disebabkan oleh semakin luasnya lahan kritis akibat pembalakan hutan secara besar-besaran dan pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan, yang berakibat semakin luasnya padang alang-alang dan semak belukar. Lahan seperti ini sangat kecil resistensinya dalam menahan air pada musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau panjang yang berdampak pada kebakaran hutan.
- Terjadinya lahan kritis dapat menyebabkan kerusakan fisik, kimia, dan biologi tanah.
- Perlu adanya upaya dan solusi untuk mengurangi lahan kritis pada masing–masing daerah yaitu melakukan reklamasi dengan membuat tanaman penghijauan, penanaman tanaman semusim, dan pembuatan teras.
Solusi
alternatif lain untuk mencegah terjadinya lahan kritis
- 1. Mengurangi dilakukannya eksploitasi hutan.
- 2. Tindakan yang tegas terhadap pembukaan area untuk kegiatan apapun di kawasan hutan lindung.
- 3. Melakukan penghijauan yang intensif pada kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan yang teridentifikasi sebagai lahan kritis.
- 4. Menghindari meluasnya alih fungsi lahan untuk perkebunan kelapa sawit.
- 5. Mengambil tindakan yang tegas terhadap perusahaan tambang batubara yang mengabaikan reklamasi dan revegetasi.
- 6. Tidak memberikan perijinan kuasa penambangan batubara yang baru.
- 7. Harus ada sanksi tegas bagi masyarakat yang membuang sampah di sungai-sungai.
- 8. Melakukan kampanye besar-besaran pelestarian lingkungan.
- 9. Penyebaran leaflet himbauan untuk tidak membakar hutan dan lahan, serta pelestarian hutan tropis.
- 10. Penyebaran VCD dampak kerusakan lingkungan terhadap manusi dan lingkungannya.
PENANGANAN
LAHAN KRITIS
BEBERAPA
PENGERTIAN :
- LAHAN KRITIS
Lahan yang
tidak produktif akibat tingkat erosi yang kuat (Gully Erosion), vegetasi
penutup lahan sangat kecil dan tidak memungkinkan untuk diusahakan sebagai
lahan pertanian tanpa usaha merehabilitasi terlebih dahulu
- LAHAN SEMI KRITIS
Lahan terlantar, tanah kurang
produktif akibat erosi lapisan olah, sarana dan prasarana usahatani terbatas
- LAHAN POTENSIAL KRITIS
Lahan yang terlantar sebagai
akibat keterlambatan sarana dan prasarana usaha tani dengan tingkat erosi yang
masih rendah, tetapi masih mempunyai lapisan tanah yang produktif
•
Lahan
kritis lahan
terdegradasi
Lahan terdegradasi :
lahan yang mengalami kemunduran kualitas, sehingga produktivitas menurun, dan
tergolong pada kekritisan tertentu.
Penyebab lahan kritis
•
Erosi
•
Pencucian (leaching)
•
Perladangan
berpindah
•
Penebangan
dan pembakaran hutan
•
Pertanian
yang tidak memperhatikan konsep konservasi tanah
Penggembalaan liar
DAMPAK KONDISI
KRITIS
- Produktivitas lahan merosot
- Keseimbangan Hidrologi Terganggu
- Terjadi banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau
- Membutuhkan biaya tinggi untuk merehabilitasi
- Mengganggu lingkungan hidup
•
Bagaimana
memperbaiki lahan kritis ?
TINDAKAN KONSERVASI LAHAN
•
Suatu upaya pengelolaan
sumberdaya lahan dengan menerapkan teknologi-teknologi yang sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar lahan tersebut tidak mengalami penurunan
tingkat produktivitasnya atau tetap produktif dalam jangka waktu yang tidak
terbatas
Contoh tindakan konservasi :
•
Teras kontur
•
Saluran
pengandali air
•
Pembuatan
tanggul
DAMPAK
DARI PELAKSANAAN TINDAKAN KONSERVASI
TANAH
- ASPEK PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN
1. Menekan Tingkat Laju
Erosi
2. Memperbaiki Sifat Fisik Tanah
3. Meningkatkan Produksi Lahan
- ASPEK PELESTARIAN SUMBERDAYA AIR
1.
Menekan jumlah air yang hilang sbg. run-off
2. Melestarikan sumber-sumber air sbg. dampak pengisian kembali (recharging) air tanah
3.
Menambah fasilitas irigasi untuk penyelamatan produksi tanaman
- ASPEK SOSIAL EKONOMI
1. Menekan terjadinya kerugian/resiko gagal panen
akibat bencana alam banjir dan kekeringan
2. Meningkatkan pendapatan petani melalui upaya pengembangan
tanaman produktif /pengembangan Sentra buah-buahan.
IMPLEMENTASI KONSERVASI LAHAN
FISIK
|
VEGETASI
|
1. Bangunan Konservasi Tanah.
2. Chekdam
3. Embung Pertanian
4. Jalan Usahatani
5. Pembinaan Kelompok Tani Konservasi
|
1. Penghijauan Tanaman Keras
2. Penghijauan Tanaman
Produktif
3. Pola Usahatani Konservasi.
4. Penggunaan Mulsa sisa tanaman
|
PERMASALAHAN
DALAM IMPLEMENTASI
. Kurang
motivasi bekerja dalam kelompok.
2. Prasarana dan
Peralatan kurang memadai.
3. Kondisi
sosial kurang mendukung.
4. Teknologi
usahatani Konservasi belum dipahami betul.
5. Kebutuhan
biaya cukup besar.
UPAYA PEMECAHAN MASALAH
- Melakukan Pembinaan / Motivasi terhadap Kelompok Tani Konservasi / Lahan Kering
- Menyediakan Dana Stimulan untuk mendukung kelengkapan prasarana konstruksi fisik bangunan konservasi tanah
- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menunjang penyediaan sarana dan prasarana fisik.
- Memberikan informasi teknologi tentang Pola Usahatani Konservasi melalui Proyek Peningkatan Ketahanan Pangan dan Hortikultura (APBD).
- Memberikan motivasi dan stimulan dalam rangka penghijauan, pengembangan tanaman produktif yang sekaligus sebagai upaya pengembangan sentra-sentra buah-buahan, melalui Proyek Pengembangan Agribisnis Buah-buahan (APBN).
Gambar
Diagram Alir Dampak Terjadinya Erosi
|
1.
Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) sebagai media
pertumbuhan dan resapan air.
2. Tidak tersedianya air tanah untuk pertumbuhan. 3. Tanah menjadi tidak subur. 4. Produktivitas tanah pertanian menurun karena hilangnya lapisan atas permukaan tanah. 5. Penimbunan tanah hasil erosi pada badan sungai sehingga menjadi dangkal. 6. Berkurangnya air tanah. 7. Hilangnya unsur hara yang sangat diperlukan tanaman. 8. Kualitas tanaman menurun. 9. Kemampuan tanah menahan air dan laju infiltarsi (peresapan) menurun. 10. Stuktur tanah menjadi rusak. 11. Pendapatan petani menurun. |
1.
Pelumpuran dan pendangkalan waduk
2.
Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan.
3.
Memburuknya kualitas air
4.
Kerugian ekosistem perairan
|
1.
Berupa penurunan produktifitas
2.
Menimbulkan terjadinya tanah kritis
3.
Penghanyutan partikel-partikel tanah
4.
Perubahan struktur tanah
5.
Penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan
6.
Perubahan profil tanah
|
2.
Dampak
erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site)
|
1.
Dampak erosi tanah di tapak (on-site)
|
Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam. |
Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan meandering |
Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah. |
Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm. |
Erosi tanah
adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses ini dapat menyebabkan
merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah untuk produksi pertanian dan
kualitas lingkungan hidup (Suripin,
2002). Erosi pada dasarnya proses
perataan kulit bumi. Proses ini terjadi dengan penghancuran, pengangkutan dan
pengendapan. Di alam ada dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni
angin dan air. Akan tetapi dengan adanya aktifitas manusia, maka manusia
menjadi faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi. Dua peristiwa utama erosi, yaitu pelepasan
dan pengangkutan merupakan penyebab erosi tanah yang penting. Dalam proses
erosi, pelepasan butir tanah mendahului peristiwa pengangkutan, tetapi
pengangkutan tidak selalu diikuti oleh pelepasan. Agen pelepasan tanah yang
penting adalah tetesan butir hujan yang jatuh di permukaan tanah. Tetesan air
hujan akan memukul permukaan tanah, mengakibatkan gumpalan tanah menjadi
butir-butir yang lebih kecil dan terlepas. Butir-butir tanah yang terlepas
tersebut sebagian akan terlempar ke udara dan jatuh lagi di atas permukaan
tanah, dan sebagian kecil akan mengisi pori-pori kapiler tanah, sehingga akan
menghambat proses infiltrasi. (Undang
Kurnia et al, 2004). Di daerah beriklim
tropika basah, air merupakan penyebab utama erosi tanah, sedangkan angin tidak
mempunyai pengaruh yang berarti. Proses erosi oleh air merupakan kombinasi dua
sub proses yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh
energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air yang
tergenang (proses dispersi) dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah
oleh percikan hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan
butir-butir tanah tersebut oleh air yang mengalir di permukaan tanah (Arsyad,
S. 1989). Suatu bagian lereng mendapat
input bahan-bahan tanah yang dapat dierosikan dari lereng atas serta
penghancuran tanah di tempat tersebut oleh pukulan curah hujan dan pengikisan
aliran permukaan. Disamping itu terdapat hasil akibat pengangkutan tanah oleh
curahan air hujan dan aliran permukaan bila total daya angkut dari air tersebut
(curahan air hujan + aliran permukaan) lebih besar dari tanah yang tersedia
untuk diangkut, maka akan terjadi erosi. Sebaliknya jika total daya angkut
lebih kecil dari total tanah yang
dihancurkan akan terjadi pengendapan di bagian lereng tersebut Pada daerah tropis dengan curah hujan lebih
dari 1500 mm/tahun seperti indonesia maka air menjadi sumber penyebab utama terjadinya erosi. Proses erosi
tanah yang disebabkan oleh air meliputi tiga tahap yaitu: pemecahan bongkah dan
partikel tanah; pengangkutan butir-butir yang sangat kecil dan halus; pengendapan
partikel-partikel tersebut ke tempat yang lebih rendah (Sarief, 1985).
Erosi
tanah membawa dampak terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup. Rusaknya tanah
akibat erosi menimbulkan dampak antara lain : Hilangnya lapisan tanah atas
(top soil) sebagai media pertumbuhan dan resapan air, Tidak tersedianya
air tanah untuk pertumbuhan,Tanah menjadi tidak subur, Produktivitas
tanah pertanian menurun karena hilangnya lapisan atas permukaan tanah,
Penimbunan tanah hasil erosi pada badan sungai sehingga menjadi dangkal, Berkurangnya air tanah,
Hilangnya unsur hara yang sangat diperlukan tanaman, Kualitas tanaman menurun, Kemampuan
tanah menahan air dan laju infiltarsi (peresapan) menurun, Stuktur tanah menjadi rusak, Pendapatan petani
menurun. Dari hal ditersebut bisa dilihat di bagan di bawah ini :